UA-136443515-1
Perusahaan Terbuka Lebih Menguntungkan

Usli Sarsi & Ridwan Goh

BELUM banyak perusahaan keluarga/tertutup yang mau beralih menjadi perusahaan terbuka. Berbagai pertimbangan masih menghantui para pemilik perusahaan. Padahal dengan menjadi perusahaan terbuka banyak keuntungan yang diperoleh. Berikut ini petikan wawancara dengan Presiden Direktur Mark Dynamics Indonesia (MARK), Ridwan Goh dan Direktur Utama Mahkota Group (MGRO), Usli Sarsi.

Analisa: Saat memutuskan berubah dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka, apa kendala tersulitnya?

Ridwan: Kendala yang kami hadapi pada proses untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia (BEI). Kebetulan perusahaan ini milik satu orang, sehingga lebih mudah. Untuk memenuhi persyaratan sebenarnya tidak sulit, mengingat laporan keuangan saat masih perusahaan keluarga/tertutup sudah cukup baik. Selain itu dari prospek bisnis lima tahun terakhir, dari hasil audit juga bagus, begitu pula dari segi legal juga dinilai bagus. Kalaupun ada perbaikan tidak terlalu banyak, sehingga tidak butuh waktu lama, sekitar 1 tahun.

Usli: Kendala yang terberat, yakni menyamakan pandangan masing-masing pemilik, khususnya yang berlatar belakang keluarga. Perbedaan pandangan ini yang sering menyebabkan proses untuk menuju perusahaan terbuka ditunda. Ini karena pemahaman tentang perusahaan terbuka masih minim, sehingga muncul ketidaknyamanan pada pemilik perusahaan. Munculnya ketidaknyamanan karena pemilik perusahaan bisa berlaku sesuka hati pada perusahaannya, tapi setelah menjadi perusahaan terbuka tidak bisa lagi, karena sudah ada pengawasan dan masih ada sejumlah ketidaknyamanan lainnya.

Agar tercipta satu pemahaman tentang perusahaan terbuka, langkah yang dilakukan dengan mengundang pihak-pihak terkait yang ahli di bidang perusahaan terbuka, seperti pihak bursa, sekuritas, OJK, dan sebagainya. Kendala lain umumnya pembukuan laporan keuangan perusahaan keluarga/tertutup lebih dari satu dan persyaratan administrasi lain yang menjadi syarat bisa beralih ke perusahaan terbuka.

Analisa: Pada umumnya tujuan utama peralihan dari tertutup menjadi terbuka untuk mendapatkan modal. Benarkah?

Ridwan: Tidak selamanya untuk men­dapatkan modal, ada juga untuk men­dapatkan branding agar lebih dikenal masyarakat luas. Memang saat me­mu­tuskan untuk IPO, perusahaan ini akan melakukan pengembangan. Tapi modal yang diambil dari publik hanya sekitar Rp40 miliar. Sebenarnya pada saat itu dana Rp40 miliar tidak mencukup untuk ekspansi sehingga masih harus mengguna dana sendiri, laba kas berjalan. Tujuan perusahaan melakukan IPO agar dikenal publik untuk para rekan bisnis dan memberikan kesempatan kepada mitra perusahaan menanamkan modal.

Usli: Untuk mendapatkan modal, mungkin itu salah satu. Memang dengan melakukan IPO mendapat tambahan modal. Kalau harus pinjam ke bank tentu banyak persyaratannya, selain itu pinjaman harus dikembalikan. Sementara belum tentu tambahan modal yang bisa langsung menguntungkan. Salah satu untuk mendapatkan modal dengan cara IPO, tapi itu bukan tujuan utama.

Analisa: Ada semacam ketakutan pada perusahaan terbuka pemilik tidak berwenang menjalankah perusahaan?

Ridwan: Ketika perusahaan memutuskan untuk IPO pada umumnya pemegang saham terbesar masih dipegang pemilik perusahaan. Perusahaan ini hanya melepasnya sahamnya 21 persen. Dengan begitu kebijakan masih dipegang pemilik saham terbanyak, walau bukan berarti mengabaikan pemilik saham minoritas. Kebijakan pemegang saham terbesar, tentu saja tidak sesuka hati karena dalam perusahaan terbuka banyak yang mengawasi, ada komisaris independen, direktur independen, OJK, Bursa Efek, dan sebagainya.

Usli: Tidak juga. Pada umumnya pemilik perusahaan keluarga/tertutup masih tetap menjadi pemegang saham dominan, sehingga kebijakan perusahaan masih tetap pada pemegang saham terbanyak. Bedanya kalau perusahaan kelarga/tertutup tidak ada pihak luar masuk dalam kepengurusan tertinggi, tapi setelah terbuka ada komisaris independen, direktur independen yang berasal dari luar.

Analisa: Apa kelebihan setelah menjadi perusahaan terbuka?

Ridwan: Keuntungannya secara tidak langsung akan melakukan yang lebih baik dan tidak ada lagi yang disembunyikan. Sistem perusahaan mengacu standar yang sudah ditentukan. Keuntungan lainnya perusahaan lebih mendapatkan dana. Pada waktu IPO perusahaan melepas saham 760 juta lembar saham.  Sekarang dengan harga sa­ham naik, perusahaan melalui stock split sehingga jumlah saham menjadi 5 ka­li lipat (Rp 3,8 miliar) saham.  Kalau di­lihat dari harga saham perusahaan ber­nilai Rp2 triliun padahal kalau dari aset yang dimiliki sekitar Rp300 miliar.

Usli: Banyak sekali. Setelah IPO perusahaan lebih terbuka dan setiap orang bisa mengetahui kinerja perusahaan. Tidak ada lagi yang harus ditutup ke publik. Dengan begitu tidak ada lagi kecurigaan pada berbagai pihak kepada perusahaan, termasuk menyangkut pajak.

Analisa: Bagaimana perkembangan perusahaan ini setelah IPO?

Ridwan: Ke depan kami akan terus melakukan pengembangan di Dalu X, Tanjung Morawa, Deli Serdang untuk menaikkan kapasitas produksi. Ini karena permintaan lebih tinggi dari kemampuan produksi.

Usli: Tentu saja, setelah perusahan menjadi terbuka kita akan terus melakukan pengembangan. Salah satu dengan membuka pabrik minyak goreng dan turunan dari kelapa sawit. (fahrin malau)

Sumber: (http://harian.analisadaily.com/jentera/news/perusahaan-terbuka-lebih-menguntungkan/708805/2019/03/17)