Ikuti kami




KRISIS ENERGI PERCEPAT PENGGUNAAN EBT ULASAN USLI SARSI APINDOSU

08 Januari 2023

Konflik Rusia-Ukraina sudah dimulai tahun 2014. Waktu itu Rusia mencaplok wilayah Sevastopol di Ukraina. Konflik ini terbengkalai tanpa penyelesaian dan hingga akhirnya mencapai puncaknya pada Februari 2022 Rusia menginvasi Ukraina.

Langkah Rusia menyerang Ukraina langsung ditentang Amarika Serikat dan Uni Eropa. Sebagai bentuk dukungan terhadap Ukraina, negara Amerika Serikat dan Uni Eropa menjatuhkan embargo kepada Rusia. Tujuannya agar Rusia menghentikan serangan ke Ukraina.

Embargo Amerika Serikat dan Uni Eropa kepada Rusia mendapat perlawan. Rusia menghentikan ekspor minyak bumi dan gas alam ke wilayah Eropa. Langkah ini membuat Uni Eropa melepaskan cadangan minyak darurat yang dimiliki negara-negara anggota Badan Energi Internasional (IEA) yang mayoritas berada di wilayah Eropa.

Selama ini minyak bumi dan gas alam Uni Eropa berasal dari Rusia. Merujuk laporan IEA, setiap tahun sekitar 50 persen ekspor minyak bumi dan lebih dari 60 persen ekspor gas alam Rusia terserap di wilayah Eropa. IEA juga menyebutkan pelepasan cadangan minyak akibat penghentian ekspor minyak bumi dan gas alam Rusia ke wilayah Eropa menjadi salah satu yang terbesar dalam hampir 50 tahun sejarah IEA.

Pelepasan cadangan minyak darurat yang dimiliki negara-negara anggota IEA dilakukan apabila ada kasus tanggap darurat krisis energi (minyak) yang mengganggu suplai operasional harian. Dalam menghadapi krisis energi (minyak), anggota IEP membuat perjanjian tentang Program Energi Internasional (IEP Agreement) tahun 1974. Dalam perjanjian tersebut anggota IEA diwajibkan memiliki cadangan penyangga minyak setara 90 hari impor minyak bersih (neto) di negaranya masing-masing. Cadangan penyangga ini di luar cadangan operasional untuk konsumsi minyak harian yang menyuplai kebutuhan selama satu bulan. Cadangan penyangga dilepaskan ke pasaran negara-negara anggota IEA untuk memperkuat stabilisasi suplai energi minyak ke Uni Eropa.

Sadar ketersediaan minyak bumi dan gas alam menjadi urat nadi, negara-negara anggota IEA terus berusaha memperkuat cadangan penyangga energinya (komoditas minyak). Bila sebelumnya hanya disarankan untuk 90 hari, negara-negara anggota IEA terus meningkatkan cadangan minyak lebih dari 90 hari dengan mendatangkan pasokan dari luar Rusia.

Amerika Serikat dan Uni Eropa memperkirakan perang Rusia-Ukraina tidak berlangsung lama. Presiden Rusia Vladimir Putin juga menyatakan invasi yang dilakukan ke Ukraina tidak butuh waktu lama. Tapi ternyata perang Rusia-Ukraina sampai saat ini masih berlangsung walau sudah setahun sepuluh bulan.

Perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan wilayah Eropa tidak mendapat pasokan minyak bumi dan gas alam dari Rusia. Cadangan minyak sebagai sumber energi tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Akibatnya Uni Eropa mengalami kekurangan energi bahkan sudah ada yang krisis energi diantaranya Jerman, Irlandia, Belanda, Yunani, dan beberapa negara lainnya.


Penggunaan EBT

Sadar perang Rusia-Ukraina tidak tahu kapan berakhir, Uni Eropa melakukan kebijakan penghematan penggunaan energi seperti membatasi kecepatan kendaraan sehingga konsumsinya tidak boros, bekerja dari rumah, memberikan insentif bagi masyarakat yang berjalan kaki dan bersepeda, serta menyarankan menggunakan transportasi umum. Mengakselerasi penggunaan kendaraan listrik, mengutamakan transportasi umum di luar pesawat terbang, dan efisiensi konsumsi bahan bakar untuk moda transportasi pribadi.

Selain melakukan penghematan minyak bumi, penghematan juga diterapkan untuk komoditas gas alam. Pemerintah di sejumlah negara Uni Eropa dituntut untuk akseleratif mengembangkan diversifikasi energi berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Keterbatasan energi fosil sangat rentan untuk dipolitisasi. Sadar ketersediaan energi menjadi tolok ukur kekuatan ekonomi penggunaan EBT menjadi pilihan dalam menghadapi kelangkaan energi fosil.

Dalam mewujudkan tersebut beberapa negara Uni Eropa seperti Denmark, Irlandia, dan Jerman menjadi negara yang paling tinggi memanfaatkan energi terbarukan seperti angin dan matahari. Namun sumber energi tersebut masing terbatas dan belum dapat memenuhi kebutuhan energi yang setiap tahun terus meningkat.

Penggunaan energi yang sangat mungkin dilakukan dari sawit yang dapat menghasilkan biofuel, biogas, biomass karena lebih murah dan ramah lingkungan.

Bila penggunaan biofuel, biogas, biomass sebagai solusi bagi negara Eropa untuk memperoleh energi tentu menguntungkan Indonesia sebagai penghasil sawit terbesar di dunia. Bila negara Eropa membutuhkan produk sawit untuk energi, Indonesia salah satunya yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan negara lain seperti Afrika, Brazil, Tiongkok yang juga penghasil sawit tidak mampu memenuhi kebutuhan Eropa.

Undang-Undang Deforestasi yang dirilis Eropa sebenarnya untuk melindungi petani Eropa dari serangan produk sawit seperti CPO yang lebih murah. Tapi karena minyak nabati yang dihasilkan petani Eropa tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya, apalagi untuk kebutuhan energi, maka UU Deforestasi akan berpeluang bisa lebih dilonggarkan.

Sumber : https://medan.tribunnews.com/2024/01/09/krisis-energi-mengharuskan-dunia-percepat-penggunaan-ebt